Tiga Kuda di Bulan Tiga dan Lampirannya

Rp 50.000 20%
Rp. 40.000

Ketika waktu melompat ke tahun 2014-an, aku kembali tertarik pada kuda. Tapi berbeda dengan waktu kecil (yang kudanya sebagai pengangkut), di tahun itu aku tertarik pada kuda karena puisi (terutama ketika membaca beberapa puisi kudanya Umbu Landu Paranggi yang kerap aku bicarakan dengan Mira MM Astra via telepon). Dan di dalam ketertarikan ini, aku juga membaca sekian cerita tentang kuda. Mulai dari kuda yang masuk akal, sampai pada yang magis. Dan mulai yang memang sebagai tunggangan, sampai pada yang dipersonifikasikan.
Aku merasa kuda bukanlah sekadar binatang yang kuat, gesit, dan kukuh. Ia juga dapat dijadikan simbol-simbol tertentu. Simbol-simbol yang kerap merujuk pada peristiwa yang tak terduga. Seperti: kematian, perjuangan, kerinduan, dan atau mungkin sesuatu yang bukan apa-apa, tetapi selalu ada—seperti rerumputan di halaman rumah, yang tak diharapkan tumbuh, tapi selalu saja tumbuh. Dan itu membuat apa-apa yang terbuka, pun tertutup. Karena memang takdirnya harus tertutup. Takdir, yang belakangan pun berbisik padaku: “Aku selalu berada di sisimu. Jadi, silakan kau menyapaku atau tidak. Tapi, yakinlah, justru akulah yang nanti selalu pertama kali menyapamu.”

Rincian buku:

Penulis : Mardi Luhung
Penerbit : BASABASI
Tahun terbit : 2022
ISBN : 978-623-305-302-0
Halaman : 88

Buku Terkait


Tia Setiadi
Rp 50.000 25%
Rp 37.500

Rendra
Rp 75.000 25%
Rp 56.250

Bernando J. Sujibto
Rp 40.000 25%
Rp 30.000

Acep Zamzam Noor
Rp 40.000 25%
Rp 30.000

Bernard Batubara
Rp 100.000 25%
Rp 75.000

Anis Sayidah
Rp 40.000 25%
Rp 30.000